Breaking News

Know More!

Hanya Curahan Hati Seorang Supporter Tentang Sepak Bola Indonesia

Jika kita melihat  fenomena sepakbola Tanah Air ternyata masih sangat jauh dari prestasi, jangankan Internasional, saat lokal saja masih memprihatinkan. Ditambah carut marut Pengurus dan konflik dengan pemerintah menambah rumit persepakbolaan kita. Pergantian pelatih, baik di level klub ataupun timnas semudah para remaja berganti cabe cabean. Selesai kompetisi selesai juga kepelatihan.


Klub yang profesional berkaitan erat dengan uang, ya bagaimana disebut profesional kalau pemain tidak dibayar (kerja bakti). Padahal semangat bermain berhubungan dengan kinerja yang apik agar menghadirkan prestasi.

Hampir semua klub tidak memiliki pembinaan berjenjang, belum ada yang memberikan perhatian kepada pembinaan sendiri, kita tengok La Masia, atau klub junior lainnya di Eropa. Tetapi apa yang kita lakukan adalah hanya saling menjegal dan membajak kalau ada pemain bagus, sedang pemain junior itu sebatas untung-untungan. Tidak heran sulit pemain yunior bisa menggeser pemain pemain uzur semacam Firman Utina, Bambang Pamungkas, Cristian Gonzales. Tak heran jika kita terseok seok di kancah SEA GAMES 2015 kemarin, padahal diantara semua peserta SEA GAMES negara kitalah yang paling besar. Bukan karena sulitnya mencari bibit-bibit unggul, namun pembinaan yang bisa dibilang tidak ada.

Kita lihat Piala AFF 2010 yang sebetulnya membuka mata dunia bahwa sepakbola Indonesia adalah madu yang tersembunyi. Sayangnya, alih-alih memanfaatkan momentum tersebut menjadi energi yang konstruktif, otoritas sepakbola nasional malah terjebak pada politik praktis. Perebutan kekuasaan, dan ketidakpuasan muncul, sehingga lahir lah kompetisi tandingan, dan bahkan belakangan muncul pula asosiasi tandingan. Lima tahun setelah ledakan euforia 2010, sepakbola Indonesia seakan kehilangan arah. Hingga sekarang Konflik Kemenpora dan PSSI pun masih belum selesai. Yang mengakibatkan hilangnya Kompetisi yang sudah menjadi “Tontonan Rakyat”. Mencari siapa yang salah, mencari pelaku itu seperti mencium kentut aromanya terhirup namun susah menemukan pelakunya.

Tapi sebetulnya kita harus tetap yakin, semua ini pasti ada akhirnya meskipun entah itu kapan. Dahaga rakyat Indonesia akan prestasi semoga dapat segera terobati yang didahului dengan kepengurusan yang sehat dari pemerintah dan tentunya dengan pembinaan usia dini yang matang yang siap menelurkan harapan-harapan baru bagi kita semua.

No comments:

Post a Comment

Inside

Designed By Published.. Blogger Templates